Jiwa manusia adalah salah
satu tanda dari tanda-tanda kekuasaan Allah
Subhanahu wa Ta'ala , salah
satu rahasia dari rahasia alam semesta. Penelitian modern belum bisa
mengungkapkan hakikat jiwa manusia, apalagi tentang asal usulnya.
Penyelidikan para ahli psikologi modern di barat dan di timur terhadap
rahasia ini adalah di dasari atas teori dan pengalaman belaka. Mereka
tidak berhasil menyelamatkan masyarakat mereka dari penyakit-penyakit jiwa
yang semakin lama semakin bertambah banyak. Sayang nya penyakit-penyakit jiwa
ini telah menular dan tersebar luas di tengah-tengah kaum muslimin. Yakni
ketika umat islam telah melepaskan agama mereka dan telah melemah kekuatan
iman dalam jiwa mereka. Maka setan pun menguasai mereka sehingga
mereka jadi
tawanan perasaan was-was dan godaan setan. Lalu mengikuti apa yang dibisikkan
oleh hawa nafsu dan syahwat mereka. Hasilnya tergoncanglah kejiwaan mereka,
terongronglah kekuatan dan ketahanan mereka Ketika mereka ditimpa
musibah tergunjanglah jiwa mereka, sehingga musibah tersebut membahayakan
kehidupan mereka. Tetepi bagi seorang muslim yang benar-benar beriman,
musibah dan bala' yang mereka alami tidak akan merusak jiwa mereka bahkan
justru mereka bersyukur atas musibah yang mereka alami. Karena mereka yakin
musibah yang dialami seorang muslim sebagai penghapus dosa bagi mereka.
Dengan mempelajari sebagian sebab dan akibat terhadap kondisi yang dihadapi
setiap manusia dalam kehidupan duniawinya, akan memberikan
pengaruh pada jiwa manusia dan masyarakat. Nikmat dan bala' yang silih
berganti menimpa manusia kebanyakan menjadi penyebab timbulnya berbagai
penyakit jiwa, seperti sombong, takabur, ujub, demikian pula stres, putus
asa, kegoncangan jiwa dan lainnya.
Padahal Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah
bersabda:
"Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, semua urusannya baik
baginya dan kebaikan itu tidak dimiliki kecuali oleh seorang mukmin. Apa bila
ia mendapat kesenangan ia bersyukur dan itulah yang terbaik untuknya.
Dan apabila mendapat musibah ia bersabar dan itulahyang terbaik
untuknya." (shahih muslim no. 7500 hal. 1295).
Hadits yang mulia ini menjadi penyembuh dan obat bagi siapa saja yang diuji
dengan dua ujian, yakni nikmat dan bala'. Kedua rukun ini adalah, syukur di
saat lapang dan sabar disaat sempit dan tertimpa bala'. Rasulullah
Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam telah menjelaskan bahwa syukur dan sabar merupakan
sebab kebaikan dan kebahagiaan dunia dan akhirat. Yang mendorong
seseorang untuk rutin beramal dan senantiasa mengharapkan kebaikan guna
memakmurkan dunia dan menegakkan agama Allah di dalamnya. Seorang mukmin
tidak akan sombong ketika mendapat nikmat dan tidak menggerutu ketika
menghadapi bala'. Oleh karena itu ‘Umar bin al-Khaththab
Radhiyallahu
'Anhu berkata:
"Kalaulah sabar dan syukur itu ibarat dua ekor
unta, maka aku tidak peduli unta mana yang aku kendarai." (‘Uddatus
Shobirin wa Dzakhiratus Syakirin hal.144).
Apabila seorang muslim menghiasi dirinya dengan dua akhlak yang agung ini
maka keadaannya akan menjadi lebih baik dan lebih mulia dalam segala sisi,
baik dari sisi kejiwaan, prilaku dan kehidupan. Tidak masalah bagi dirinya
memperoleh nikmat atau tertimpa musibah, karena ia sadar apapun yang
dialaminya merupakan takdir dari Allah
Subhanahu wa Ta'ala .
Sesungguhnya kehidupan seorang mukmin penuh dengan ujian dan cobaan. Hal ini
menuntutnya agar ia memiliki pemahaman dan akhlak dalam menghadapinya. Agar
ia bisa keluar dari ujian tersebut sesuai dengan apa yang diridhai Allah
Subhanahu
wa Ta'ala. Allah
Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
"Yang menjadikan mati dan hidup, supaya dia menguji kamu, siapa
diantara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha
Pengampun." (Al-Mulk: 2).
Semua yang ada di sekitarnya, baik berupa nikmat dari Allah
Subhanahu wa
Ta'ala yang dilimpahkan kepadanya untuk menunaikan Risalah Ilahi dalam
kehidupannya di dunia atau berupa ujian dan rintangan yang menghadang
jalannya dalam menunaikan risalah tersebut. Kedua kondisi tersebut
adalah ujian dan cobaan bagi seorang muslim.
Maka ia membutuhkan keimanan yang kuat untuk melewati ujian tersebut. Ia
harus memiliki bekal yang cukup agar kuat melewati jalan yang berat dalam
kehidupan ini. Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah
bersabda:
"Jannah diselimuti dengan perkara-perkara yang dibenci
sedangkan neraka diselimuti dengan pwerkara-perkara yang mengundang
syahwat." (Shohih Muslim no. 7130 hal.1288).
Tidak akan bisa melewati dua ujian ini dengan baik, yaitu nikmat dan bala',
kecuali orang yang memiliki dua sifat yang agung, yang dengannya akan tampak
hakikat seorang mukmin, hakikat keimanannya dan hakikat keberadaannya di alam
dunia.
Di dalam mengharungi kehidupan ini setiap anak manusia mengalami dua hal yang
tidak bisa di hindari dalam kehidupannya. Kedua hal tersebut harus disikapi
dengan bijaksana agar tidak menjadi masalah dalam kehidupan mereka. Kedua hal
tersebut adalah kelapangan hidup dan kesempitan hidup.
Kelapangan Hidup
Kelapangan hidup itu adalah segala sesuatu yang membuat manusia senang
atau nikmat yang membuat senang orang yang memperolehnya. Hal ini mencakupi
seluruh kesenangan maknawi maupun materi yang Allah
Subhanahu wa Ta'ala limpahkan
kepada hamba-hambanya. Dan diberikan secara khusus kepada siapa yang
dikehendaki-Nya sebagai cobaan dan ujian.
Adapun
seorang mukmin, ia menyikapi nikmat-nikmat Allah
Subhanahu wa Ta'ala tersebut
dengan bersyukur. Ia sadar bahwa nikmat tersebut adalah pemberian dari yang
Maha Kuasa, dipergunakan dalam rangka ketaatan kapada Allah
Subhanahu wa
Ta'ala dan tidak menyebabkan mereka sombong dan lupa kepada yang
memberikan nikmat tersebut. Maka ditulislah baginya pahala dan ganjaran
yang besar melebihi kegembiraan yang ia peroleh. Tanda seseorang bersyukur
atas nikmat yang dilimpahkan padanya harus tercermin pada dirinya tiga
keadaan. Dimana syukur ditegakkan atas tiga rukun tersebut :
Yaitu membalas nikmat dengan balasan yang setimpal.
Ini merupakan jenis syukur yang paling agung dan paling benar. Yaitu pujian
dan syukur yang terdetak dalam hati, diucapkan oleh lisan dan dituangka dalam
kenyataan. Dan sebagian besar perkara agama apabila tidak di wujudkan menjadi
prakteknya tidaklah dianggap mempunyai nilai dalam timbangan syariat. Banyak
sekali ayat Al-Quran yang menggandengkan antara iman dengan amal shaleh atau
sifat-sifat lain yang harus dimiliki. Allh Subhanahu wa Ta'ala berfirman
:
" Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal shaleh bagi
mereka adalah surga firdaus menjadi tempat tinggal. ( QS. Alkahfi : 107 ).
Telah diriwayatkan dari Al-Hasan Radhiyallahu ‘Anhu ucapan
beliau : " iman bukanlah digapai dengan mimpi dan angan-angan akan
tetapi iman adalah yang tertanam dalam hati dan diwujudkan dalam bentukm amal
".
Syukur dengan perbuatan termasuk jenis syukur yang paling mulia dan paling
agung serta yang paling banyak diterima di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala .
penggunaan anggota tubuh sebagai ungkapan rasa syukur atas nikmat-nikmat
Allah dan kurnia-Nya mencakup segala amal kebaikan dan ketaatan serta
meninggalkan perbuatan maksiat dan kemungkaran.
Kesempitan Hidup
kesempitan hidup adalah segala sesuatu yang membuat hidap seseorang menjadi
sempit baik secara hakiki maupun maknawi. Seorang mukmin dituntut sabar
dalam menghadapi kesulitan hidup sebagai mana ia dituntut bersyukur atas
kelapangan yang dirasakannya. Sabar pada hakikatnya adalah menahan diri dari
kegelisahan . Allah Subhanahu wa Ta'ala memuji orang-orang yang
bersabar ketika menghadapi kesulitan. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman
:
" Dan orang-orang yang bersabar dalam menghadapi kesempitan an
penderitaan " . ( QS. Al-Baqarah : 177).
Dalam ayat lain Allah nberfirman :
" Bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetapalah bersip
siaga (di perbatasan negerimu) dan bertaqwalah kepada Allah". (QS. Ali
Imran : 200).
Berbicara mengenai kesabaran perlu diisyaratkan kepada tiga jenis sabar
yang sangat penting yaitu : sabar dalam mengerjakan ketaatan, sabar dalam
meninggalkan maksiat dan sabar dalam menghadapi musibah.
Jenis Pertama : Sabar dalam Mengerjakan Ketaatan
Agar seseorang bisa melaksanakan kewajiban-kewajiban dari Rabb-Nya maka ia
harus memiliki bekal agar ia memiliki kekuatan mengerjakan ibadah-ibadah dan
malaksanakan perintah-perintah, sekaligus menjadi senjata baginya untuk tetap
istiqomah mengerjakan ketaatan kepada Allah Rabbul'alamin, agar tidak
berhenti dan bosan, tetapi bersungguh-sungguh dan serius. Bekal yang paling
baik dan senjata yang paling afdhal adalah kesabaran. Dengan kesabaran seseorang
bisa beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan ibadah
yang benar dengan menyempurnakan syarat-syaratnya. Tanpa kesabaran
seseorang tidak akan bisa menunaikan hak ubudiyah bagi Allah Subhanahu wa
Ta'ala dengan sempurna dalam pelaksanaan ibadah dan
kewajiban-kewajibannya. Betapa banyak orang yang meninggalkan ketaatan dan
jatuh dalam maksiat karena tidak memiliki bekal kesabaran. Allah berfirman :
" jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolong mu. Dan sesungguhnya
yang demikian itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyuk".
(QS.Al-Baqarah : 45).
Jenis Kedua : Sabar dalam Meninggalkan Kemaksiatan
Sebagaimana halnya seseorang dituntut untuk bersabar dalam mengerjakan
ketaatan, demikian pula kesabaran di tuntut dalam meninggalkan maksiat dan
larangan Allah Subhanahu wa Ta'ala . sabar jenis ini adalah menahan
jiwa dari mendekati hawa nafsu dan kelezatan yang Allah telah mengharamkan
atas hamba-hamba-Nya untuk mendekati dan memanpaatkannya.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah bersabda:
"Jannah diselimuti dengan perkara-perkara yang dibenci
sedangkan neraka diselimuti dengan perkara-perkara yang mengundang
syahwat." (Shohih Muslim no. 7130 hal.1288).
Memang perbuatan maksiat adalah hal-hal yang indah, lezat dan besesuaian dengan
hawa nafsu dan sahwat, tetapi syariat islam mengharamkan itu semua. Maka
seorang muslim harus bersabar untuk meninggalkannya karena keindahan dan
kelezatannya tidak apa-apanya dibandingkan dengan keindahan dan kelezatan
yang dijanjikan Allah Subhanahu wa Ta'ala bagi orang-orang patuh
dan tunduk pada aturan-Nya.
Jenis ketiga : Sabar dalam Menghadapi Musibah
Musibah yang di alami seseorang adalah takdir dari Allah Subhanahu wa
Ta'ala . merupakan ujian dan cobaan bagi seorang hamba dalam mengharungi
kehidupan dunia yang pana menuju kehidupan akhiat yang kekal abadi. Seseorang
yang menyadari bahwa musibah ini merupakan takdir dari Allah Subhanahu wa
Ta'ala maka ia tidak akan menggerutu dan berputus asa terhadap
musibah yang di alaminya. Bahkan sebaliknya ia akan bersabar dan sadar ini
semuanya ujian dan cobaan dari yang Maha Kuasa. Karena perjalanan kehidupan
manusia di dunia ini dalam rangka ujian bagi mereka dan siapa di antara
mereka yang terbaik amalnya.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
"Yang menjadikan mati dan hidup, supaya dia menguji kamu, siapa
diantara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha
Pengampun." (Al-Mulk: 2).
Orang yang bersabar dalam menghadapi musibah yang dideritanya akan
menghantarkannya kepada kehidupan yang sesungguhnya, yang di idam-idamkan
setiap hamba yaitu kebahagiaan yang abadi di negeri akhirat yang telah
diperuntukkan bagi hamba-hamba yang shaleh. Yaitu hamba yang tidak memiliki
persangkaan buruk kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala , apapun yang
ditimpakan kepadanya, ia terima dengan hati lapang dan tidak berputus
asa.
Beruntunglah seorang muslim karena setiap urusannya baik dan kebaikan ini
tidak diperoleh orang kapir. Sebagai mana Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
wa Sallam telah bersabda:
"Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, semua urusannya baik
baginya dan kebaikan itu tidak dimiliki kecuali oleh seorang mukmin. Apa bila
ia mendapat kesenangan ia bersyukur dan itulah yang terbaik untuknya.
Dan apabila mendapat musibah ia bersabar dan itulahyang terbaik
untuknya." (shahih muslim no. 7500 hal. 1295).
Dengan memahami hadits yang mulia ini setip muslim akan selamat
hidupnya, tidak akan ditemui pada dirinya kegelisahan, kesedihan, kegocangan
jiwa, putus asa, apalagi sampai menganiaya diri ketika ditimpa musibah. Kita
bermohon kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala agar menjadikan kita
hamba-Nya yang bersyukur, bersabar dan ridha, sesungguhnya Dia Maha Dekat
lagi Maha Mengabulkan doa.
Shalaawat, salam dan keberkahan semoga terlimpah atas Nabi kita Muhammad Shallallahu
‘Alayhi wa Sallam, atas keluarga, shabat dan orang-orang yang mengikuti
mereka sampai hari kemudian. Akhir kata Alhamdulillahirabbil'alamin
Dirinkas dari buku " Sungguh Menakjubkan Urusan Seorang Muslim" Karya
Dr. Falih bin Muhammad bin Falih Ash-Shughayyir. Terbitan Daar An-Naba'
surakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar