Seorang dokter spesialis luka dalam Riyadh yang bernama Dr. Khalid Al Jubir berkisah tentang dirinya dan sahabatnya. Beginilah kisahnya, selama kuliah dulu dia memiliki seorang teman mahasiswa akademi militer. Dalam semua hal dia memiliki banyak kelebihan dibanding teman-temannya yang lain. Selain baik hati, pemuda ini juga amat rajin shalat malam dan tidak pernah lalai menjalankan shalat lima waktu.
Pemuda ini lulus dengan
nilai memuaskan. Tentu saja ia sangat senang. Namun tak ada yang bisa menduga
jalannya takdir. Suatu saat pemuda ini terserang penyakit influensa, dan sejak saat
itu fisiknya menejadi lemah hingga mudah terserang berbagai macam penyakit.
Hingga karena komplikasi penyakit yang beragam, ia menjadi lumpuh. Tubuhnya
tidak mampu lagi digerakkan sama sekali. Semua dokter yang menanganinya
mengatakan kepada Dr.Khalid, kalau kemungkinan kesembuhan untuk pemuda itu
sekitar 10% saja.
Pada saat Dr.Khalid
membesuknya di rumah sakit, ia melihat pemuda itu tak berdaya di atas
ranjangnya. Dr.Khalid datang untuk menghiburnya. Namun Subhanalloh, apa yang ia
dapatkan justru sebaliknya, wajah pemuda it cerah jauh dari mendung kedukaan.
Pada wajah itu jelas sekali terpancar cahaya dan kilauan iman.
”Alhamdulillah, saya
dalam keadaan sehat-sehat saja. Saya berdo’a kepada Alloh Subhanahu wata’ala
semoga Anda lekas sembuh.” kata Dr.Khalid membuka pembicaraan. Di luar dugaan
pemuda itu menjawab,”Terimakasih untuk do’amu. Sesunggunya saudaraku mungikn
saat iniAlloh tengah menghukumku karena lalai dalam menghafal Al-Qur’an. Alloh
menguji saya, agar saya segera menuntaskan hafalan saya. Sungguh ini adalah
nikmat yang tiada terkira.”
Dr.Kahlid terpana
mendengar jawaban menakjubkan itu. Bagaimna mungkin cobaan begitu berat yang
tengah dialami pemuda itu dianggap sebagai suatu nikmat? Benar-benar ini adalah
suatu pelajaran baru yang amat berharga bagi dirinya sehingga ia merasa tak
berharga dihadapan pemuda itu.
Dr.kahlid teringat akan
sabda Rasulullah Shallallohu A’laihi Wassallam : ” Sungguh mengagumkan perkara
seorang mukmin. Seluruh perkaranya mengandung kebaikan. Hal ini hanya ada pada
seorang mukmin. Ketika ia dikaruniai kesengangan ia bersyukur, maka hal itu
baik baginya. Dan ketika ia ditimpa kesedihan, ia menghadapinya dengan sabar
dan tabah, maka hal itu baik baginya.” (Riwayat Muslim)
Jujur saja Dr.Kahalid
teramat mengagumi ketabahan pemuda itu. Beberapa pekan kemudian ia membesuk
sahabatnya itu, sepupu sang pemuda berkata,”Coba gerakkan kakimu, coba angkat
kakimu ke atas.” Pemuda itu menjawab,”Sungguh saya amat malu kepadaAlloh untuk
terburu-buru sembuh. Jika kesembuhan itu yang terbaik bagi Alloh, aku
bersyukur. Namun, apabila Alloh tidak memberikan kesembuhan padaku hanya agar
aku tidak melangkah ke tempat-tempat maksiat aku pun bersyukur. Alloh Maha Tau
yang terbaik untukku.
Allohu Akbar, betapa
kalimat itu sangat menggetarkan. Setelah peristiwa itu Dr.khalid menempuh
program magisternya ke luar kota. Beberapa bulan setelah itu ia kembali dan
yang pertama diingatnya adalah pemuda sahabatnya itu. Dalam benaknya ia
berpikir,”Paling saat ini ia sedang terbaring lemah di atas kasurnya, jika ia
kemana-mana pastilah ia digotong.”
Ternyata menurut
teman-temannya pemuda itu sudah pindah ke ruang penyiapan untuk mendapatkan
pengobatan alami. Pada saat Dr.Khalid menemuinya, ia tengah duduk di kursi
roda. Dr.Khalid senagng sekali melihatnya hingga berkali-kali ia mengucapkan
syukur.
Pemuda itu dengan
spontan menyampaikan kabar gembira yang tak terduga ”Alhamdulillah saya telah
menyelesaikan bacaan Al-Qur’an.” katanya penuh semangat. ”Subhanalloh ”
Dr.Khalid memekik kagum. Setiap kali membesuknya ia selalu mendapat hikmah yang
semakin mempertebal keimanannya.
Tidak lama berselang,
Dr.Khalid kembali pergi ke luar kota selama empat bulan. Dan selama itu pula ia
tidak pernah bertemu dengan pemuda sahabatnya yang sangat tabah itu. Hingga
saat ia kembali, ia menerima kenyataan yang amat sulit diterima oleh akal
manusia. Namun, bagi Dzat yang Maha Tinggi, bukanlah hal yang mustahil terjadi.
Jangankan hanya sakit, tulang-belulang yang telah hancur pun bisa dihidupkan
kembali menjadi manusia yang utuh.
Pada waktu Dr.Khalid
sedang shalat di mushalla rumah sakit itu. Tiba-tiba ia mendengar sapaan
seseorang, ”Abu Muhammad!” Reflek dia menoleh dan pandangan di hapannya
membuatnya terpana. Ia tak mampu mengucap sepatah kata pun. Benar, Wallohi
(DemiAlloh -red) yang berdiri di hadapannya adalah pemuda sahabatnya yang dulu
lumpuh total. Namun di hadapannya kini ia dapat berjalan kembali dengan normal
dan segar bugar. Allohu Akbar, sesungguhnya keimanan lah yang dapat memunculkan
keajaiban.
Spontanitas, Dr. Khalid
menangis. Pertama dia menangis karena terharu dan senang akan karunia Alloh
berupa kesembuhan untuk sahabatnya itu. Kedua ia menangis untuk dirinya sendiri
yang selama ini lalai untuk mensyukuri nikmat-nikmatNya.
Ternyata, karunia untuk
sahabatnya tidak hanya sebatas itu. Ia diterima sebagai delegasi Universitas
Malik Su’ud Riyadh, kerajaan Saudi Arabia untuk melanjutkan studi magisternya.
”Dr. Khalid apa yang saya terima ini justru akan menjadi malapetaka bagi saya
jika saya tidak mensyukurinya.” Paparnya kepada Dr.Khalid.
Setelah tujuh tahun,
pemuda itu mengunjungi Dr. Khalid kembali dalam rangka mengantar kakeknya yang
terkena penyakit hati. Dan Subhanalloh, ia telah menjadi seorang mayor!
Dr.Khalid kembali
meneteskan air matanya. Ia berdo’a kepada Alloh agar pemuda itu selalu dalam
kebaikan dan selalu istiqomah di dalam iman dan islam. Sungguh Alloh Maha
Mendengar dan Mengabulkan permohonan setiap hambaNya.
[Sumber: Majalah Elfata, Volume 07 2007, Kasih sayang di Bulan Suro.]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar