BALIKPAPAN SUNNAH

Kamis, 10 Mei 2012

tentang mencukur Jenggot


Kalian menyangkanya remeh, padahal hal tersebut dalam pandangan Allah adalah penting.” (An Nur: 15)
Bila hal ini telah disadari, maka perlu kita ketahui bahwa mencukur jenggot termasuk perkara yang dilakukan oleh banyak kaum muslim pada zaman ini. Perbuatan tersebut merupakan sebuah pelanggaran terang-terangan terhadap petunjuk Nabi, baik berupa ucapan maupun perbuatan beliau.
Pada kesempatan kali ini saya akan berusaha menjelaskan hukum Lihyah (jenggot) dalam agama. Mudah-mudahan tulisan ini bermanfaat bagi kaum muslimin, terutama bagi yang masih suka mencukur jenggotnya.

Hukum memelihara jenggot adalah wajib atas setiap muslim laki-laki, baligh dan berakal. Karena Nabi shallallahu’alaihi wa sallam telah mewajibkannya, memerintahkan untuk memeliharanya, serta melarang untuk mencukur dan merapikannya.
Cukur habislah kumis dan peliharalah jenggot.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Pangkas habislah kumis dan peliharalah jenggot.(HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits-hadits diatas dalam perintah, sehingga hukumnya adalah wajib.
Sepuluh perkara termasuk fitrah, yaitu menggunting kumis, memelihara jenggot, bersiwak, istinsyaq (menghirup air dengan hidung), memotong kuku, membasuh persendian, mencabut bulu ketiak, mencukur bulu kemaluan dan istinja’” (HR. Muslim)
Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu’anhu berkata, dari Nabi shallallahu’alaihi wa sallam sungguh beliau memerintahkan untuk mencukur kumis dan memelihara jenggot.” (HR. Muslim)
Ketika kisra (penguasa persia) mengutus dua orang untuk menemui Nabi shallallahu’alaihi wa sallam. Mereka menemui beliau dalam keadaan jenggot tercukur dan kumis lebat. Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam tidak suka melihat keduanya. Beliau bertanya, “Celaka kalian! Siapa yang memerintahkan kalian seperti ini?.” Keduanya berkata, Rabb kami (kisra) memerintahkan kami seperti ini”. Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda “akan tetapi Rabbku memerintahkan untuk memelihara jenggotku dan menggunting kumisku.” (HR. Thabrani, hasan)
Wahai orang yang mencukur jenggot renungkanlah…
Bagaimana pendapatmu apabila Nabi shallallahu’alaihi wa sallam melihatmu dalam keadaan jenggotmu tercukur, lalu dia berkata kepadamu “Celaka kamu! Siapa yang memerintahkan kamu seperti ini?
Apakah kalian juga akan menjawab “Kami melihat pemimpin-pemimpin kelompok kami mencukur jenggot, maka kamipun mengikutinya.” Sungguh ini adalah jawaban yang sangat buruk, itu sama saja engkau mempertuhankan pemimpinmu.
Pembaca yang budiman, kami ingatkan anda dengan hadits berikut. Dari Ats’asy bin Salim, beliau berkata: Aku mendengar bibiku bercerita dari pamannya, beliau berkata, “Ketika aku berjalan menyusuri kota Madinah, tiba-tiba ada seseorang dibelakangku yang berkata, “Tinggikan sarungmu! Karena itu lebih menunjukkan kepada ketaqwaan!” ternyata dia adalah Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam, aku lantas berkata “Wahai Rasulullah, ini hanyalah sebuah kain yang indah.” Beliau bersabda “Tidakkah di dalam diriku terdapat keteladanan?” setelah kupandang ternyata sarung beliau itu hingga pertengahan betis.” (HR. Tirmidzi, shahih)
Sekali lagi renungkanlah yaa.. ikhwan
Jawaban apa yang akan engkau berikan ketika engkau mulai beralasan dihadapan Nabi shallallahu’alaihi wa sallam lantas beliau berkata kepada engkau Tidakkah di dalam diriku terdapat keteladanan?
Dalam hadits yang telah lalu disebutkan bahwa Allah-lah yang telah memerintahkan kita untuk memelihara jenggot. Sebagaimana yang sudah menjadi keyakinan kita, bahwa Allah subhanahu wa ta’ala adalah Dzat yang paling tahu tentang segala sesuatu yang indah, bagus dan bermanfaat bagi para mahluknya, dan sungguh Dia tidak akan menyuruh kita untuk melakukan hal yang buruk, tercela dan membahayakan. Maka wajib bagi kita untuk meyakini bahwa perintah untuk memelihara jenggot ini adalah perkara yang sangat bagus, indah dan mengandung kemanfaatan.
Allah Yang Maha Mulia telah berfirman
Maka apakah pantas orang yang dijadikan terasa indah perbuatan buruknya, lalu menganggap baik perbuatannya itu? Sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki.” (Fathir: 8)
Sesungguhnya binatang (mahluk) yang seburuk-buruknya disisi Allah adalah orang-orang pekak dan tuli yang tidak mengerti apa-apa. Kalau kiranya Allah mengetahui kebaikan ada pada mereka tentulah Allah menjadikan mereka dapat mendengar. Dan jikalau Allah menjadikan mereka dapat mendengar, niscaya mereka pasti berpaling juga, sedang mereka memalingkan diri (dari apa yang mereka dengar itu).” (Al Anfal: 22-23)

Tidak ada komentar: